Jalan Cepat dan Jalan Lurus – Copy

Hud-Hud Musa:
“Guru… hari ini aku duduk di aula pascasarjana, mendengarkan para profesional muda berbagi strategi ‘naik cepat’.
Beberapa menyarankan: jangan habiskan energi untuk idealisme, fokus saja pada target yang bisa menonjolkan diri.
Aku gelisah.
Benarkah kemajuan harus dibayar dengan mengendurkan integritas?”

Din Nasir:
“Hudhud… apa yang paling mengusikmu dari kata-kata itu?”

Hud-Hud Musa:
“Mereka tampak berhasil, Guru. Muda, cemerlang, memimpin tim.
Tapi aku melihat mata mereka letih. Seperti berlari tanpa tahu ujungnya.
Aku takut… jangan-jangan aku juga tergoda untuk menempuh jalan yang sama—jalan cepat.”

Din Nasir:
“Hudhud…
ada dua jalan di hadapanmu:
jalan cepat yang mengagumkan di luar,
dan jalan lurus yang membosankan di mata banyak orang.
Yang pertama memberi tepuk tangan,
yang kedua memberi ketenangan.”

Hud-Hud Musa:
“Tapi Guru… dunia kerja menuntut kita menunjukkan hasil. Jika kita terlalu idealis, kita tertinggal.”

Din Nasir:
“Hasil memang penting, tapi niat menentukan arah hasil itu akan membawa kita ke mana.
Ingatlah: keberhasilan yang dibangun dari kompromi nilai, akan memerlukan kompromi yang lebih besar untuk dipertahankan.
Tapi keberhasilan yang dibangun dari integritas, akan tumbuh perlahan seperti pohon—
akar kuat, buah tahan musim.”

Hud-Hud Musa:
“Jadi, Guru… kita harus rela berjalan lambat?”

Din Nasir:
“Bukan lambat, Hudhud—tapi teguh.
Menjalankan tugas seperti menjalankan ibadah: tidak tergesa, tapi bersungguh.
Karier sejati bukan tentang seberapa cepat naik,
melainkan seberapa dalam jejak nilai yang kau tinggalkan.”

Hud-Hud Musa:
“Guru… aku takut gagal.”

Din Nasir:
“Gagal itu jika engkau berhenti belajar dan kehilangan niat yang jernih.
Selama engkau menjaga niat, setiap langkahmu—meski kecil—adalah kemenangan.”

Hud-Hud Musa:
“Guru, aku mengerti…
Bahwa ilmu bukan untuk mengejar singgasana,
melainkan untuk menegakkan martabat tugas.
Dan tugas, bila dijalani dengan niat pengabdian, adalah ibadah.”

Din Nasir:
“Pergilah, Hudhud.
Bangunlah kariermu seperti membangun masjid:
batu demi batu,
dengan tangan bersih,
dan hati yang selalu menghadap-Nya.”

Pesan Neo

“Keberhasilan sejati bukan yang cepat bersinar,
tapi yang perlahan menyuburkan kehidupan.”
— Din Nasir

Categories: ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *